Pada suatu hari K.H.
Ahmad Dahlan memanggil beberapa guru Muhammadiyah, saat itu bertepatan
dengan hari ahad siang. Pertemuan itu bukan untuk mengedakan rapat yang
membincangkan suatu masalah, melainkan suatu pertemuan biasa yang mana
K.H Ahmad Dahlan ingin menanyakan suatu peristiwa yang ia temukan saat
pergi ke solo.
Bahwasanya Kiai melihat anak-anak berbaris dimuka
alun-alun, sedangkan setengahnya sedang asik bermain hanya saja semua
anak tersebut memakai satu seragam yang sama. Lalu salah satu guru yakni
mantri guru Somodirjo menjawab bahwasanya itu adalah anak-anak
Padvinder Mangkunegaran (sebuah pandu dimasa itu) yang bernama
Javaansche Padvinderi Organisatie. Sejak saat itu (tahun 1336 H/1918 M)
Muhammadiyah membuat kegiatan kepanduan bagi anak-anak sekitar kauman
yang waktu itu dipelopori oleh bapak Somodirjo dan Syarbini yang mantan
militer dimasanya.
Pertama kali
kepanduan tersebut diberi nama “Padvinder Muhammadiyah” lalu baru pada
tanggal 20 jumadil awal 1338 H bertepatan dengan tanggal 30 januari 1920
nama HW (Hizbul Wathan) mulai dikenal mayarakat, yang mempunyai arti
“Golongan yang Cinta Tanah Air”.
Seiring dengan
gejolak politik di negri ini pada tahun 1961 dibentuklah sebuah gerakan
kepanduan bagi pemuda yang diberi nama Pramuka sejak saat itu semua
kepanduan yang ada di negeri ini dileburkan menjadi satu (Pramuka), lalu
pada tanggal 10 Sya’ban 1420 H/18 november 1999 M. Pimpinan Pusat
Muhammadiyah kembali membangkitkan Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW),
yang dipertegas dengan keluarnya surat keputusan pada tanggal 1
Dzulhijjah 1423 H/2 februari 2003.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar