Rabu, 12 November 2014

Menangani Tantrum Pada Anak


Merengek hingga menangis meraung-raung supaya keinginannya terpenuhi adalah gejala dari tantrum manipulatif pada anak. Jangan terus dituruti, segera koreksi perilakunya karena ini bukan fase perkembangan yang normal.  Beberapa cara berikut bisa mencegah dan mengurangi perilaku tantrum manipulatifnya.


  • Pahami lebih dulu tuntutan atau keinginan anak. Anda tak harus serta merta menuruti atau lebih ekstrim langsung menolak.  Sejauh itu adalah permintaan yang wajar sesuai kebutuhan anak. Jika ingin memenuhi keinginannya, beri jeda antara saat anak meminta dengan saat Anda memenuhi permintaannya. Ini untuk melatih anak menunda pemenuhan keinginan.
  • Hindari mengumbar janji. Tidak setiap keinginan anak bisa Anda penuhi, itu betul. Tapi mengumbar janji untuk menghindari rengekan bukan cara yang tepat. Anak selalu ingat janji, dan dia akan selalu menagihnya hingga terpenuhi. Anak seringkali minta sesuatu hanya untuk memuaskan rasa inginnya. Jelaskan padanya bahwa keinginan tidak sama dengan kebutuhan.  Memberi janji tanpa menepati, mengajarkan anak untuk ingkar janji.
  • Kenali tangisannya. Saat mulai menangis karena  keinginannya tidak terpenuhi, perhatikan tingkahnya. Sambil menangis, anak akan melirik pada Anda  untuk memastikan kegalauan hati Anda. Lihatlah! Anak akan memeras-meras matanya untuk mengeluarkan air mata. Ini pertanda dia sedang memanipulasi perasaan Anda.
  • Berikan time out, bila anak mulai   bertindak destruktif karena tuntutannya diabaikan. Misalnya memukul dan merusak barang-barang di sekitarnya. Masukkan dia ke dalam kamar, jelaskan bahwa dia tidak boleh merusak dan boleh keluar dari kamar setelah tenang.
  • Peluk anak jika time out tidak berhasil. Jelaskan bahwa perilakunya tidak bisa diterima dan jelaskan padanya bahwa apa yang Anda lakukan adalah bentuk cinta Anda padanya.
  • Bawa anak masuk ke mobil atau toilet jika mulai memanipulasi Anda di tempat umum.  Tunggu sampai anak tenang. Jelaskan, bila dia tidak bisa berhenti merengek, Anda akan mengajaknya pulang.  
  • Tenangkan diri Anda bila di tempat  umum, agar tidak terjebak dalam permainan anak. Bila panik, Anda akan segera menghentikan tangisnya dengan memenuhi tuntutannya.   
  • Menjauhlah sesaat, masuk kamar dan tenangkan diri jika Anda mulai galau  dan bingung apa yang sebaiknya dilakukan. Tarik nafas, jernihkan pikiran. Saat anak tenang, ajak melakukan kegiatan lain. Membahas kembali keinginan anak yang tak bisa Anda penuhi, akan memancing kembali rengekannya.
  • Abaikan tangisnya, ketika anak bersiap merengek dan menangis mempermainkan emosi Anda. Putarlah musik, dan berjogetlah di hadapan anak tanpa menatap matanya. Sadar tangisnya tak dapat  mengubah keputusan Anda, anak akan berhenti memainkan perasaan Anda.
  • Konsisten terhadap keputusan. Jika Anda memang tidak ingin mengabulkan keinginan ana, tetaplah teguh pada pendirian dan jangan ‘terjebak’.  Bila Anda luluh, akan semakin menguatkan pemahaman anak bahwa Anda mudah dipermainkan.
  • Ajak anak ke kamar mandi, jika dia pura-pura menangis dan pura-pura ingin muntah. Anak akan menggunakan segala cara untuk menggoyah pendirian Anda. Biasanya ketika anak menangis sampai muntah, Anda akan memeluknya.  Dalam hal ini Anda tetap harus jeli melihat kepura-puraan itu. Ajak anak ke kamar mandi, katakan bahwa dia tidak boleh muntah di sembarang tempat. Malu usahanya tak berhasil, anak takkan melakukannya lagi. 
  • Beri contoh, bahwa Anda bukan orang yang impulsif ingin seketika memenuhi keinginanya. Ungkapkan ini pada anak, misalnya “Tadi di toko ada tas bagus banget. Warnanya bunda suka. Tapi, setelah bunda pikir, bunda masih punya tas lain yang masih bagus, jadi bunda nggak beli.” (me)
Cara-cara di atas hanya akan berhasil jika Anda konsisten dan kompak menerapkannya dengan anggota keluarga lain, seperti suami, nenek, kakek dan lainnya.

Karena bisa memalukan dan sulit untuk diabaikan, tantrum merupakan penyebab utama stress bagi para orang tua. Seringkali tantrum terjadi di depan umum, yang berarti anda menghadapi banyak penonton yang mengamati Anda tengah berupaya meredakan amukan serta jeritan si kecil. Tantrum mulai terlihat sekitar usia 18 sampai 24 bulan dan berlanjut hingga masa awal balita. Kegiatan harian seperti berpakaian, pergi ke supermarket, atau bertamu bisa menjadi situasi penuh stres selagi anda mencoba tetap tenang sementara anak Anda menjadi-jadi tantrumnya.
Kabar baiknya adalah tantrum membantu anak anda menghadapi perasaan frustasi. Tantrum membuat anak mampu menunjukkan betapa marahnya dia. Tantrum juga memberi anda kesempatan untuk melatih anak mengatur emosinya dengan cara membicarakan perasaannya setelah tantrum usai. Ketika anda tetap tenang di tengah luapan marah serta frsutasinya, anda mengajarkan si 3 tahun bahwa perasaan-perasaan kuat tersebut tidak perlu ditakuti dan dapat dikendalikan.
Jadi, usahakanlah untuk bersikap tenang dan tetaplah berada didekatnya, agar ia tetap aman. Hindari berunding dengan anak di tengah-tengah ledakan emosinya. Ia tak akan mampu menangkap apapun yang anda katakan selama tantrum berlangsung.
Catatan:
  • Menyerah pada tantrum anak atau mengalihkan perhatian anak dengan bonus camilan manis, merupakan solusi jangka pendek. Untuk jangka panjangnya, ia belajar bahwa tantrumnya berhasil sehingga anda dipastikan akan menghadapi lebih banyak tantrum lagi
  • Jika anda marah dan bersikap kasar ketika si kecil mengalami tantrum ia akan belajar bahwa rasanya tidak dapat dikendalikan secara aman dan menjadi bingung terhadap perasaan sendiri.
sumber:
1. http://muslimah.or.id/pendidikan-anak/menangani-tantrum-pada-anak.html
2. http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/balita/psikologi/menangani.anak.tantrum.manipulatif/001/007/1153/1/1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar